Tuesday, June 16, 2015

antara bisnis yang sukses dan kehamilan

oke sekarang katakanlah sudah sukses dengan usahanya
sudah bisa memiliki apa yang diimpikan
sudah bisa membeli apa yang diinginkan

kemudian merasa strategi dan teknik2 marketing dan penjualannya berhasil menjadikan bisnisnya sukses seperti sekarang..
trus apa bedanya dengan qorun?

sejatinya antara kesuksesan berbisnis dan kehamilan adalah sama-sama merupakan rizki yang memang sudah ditetapkan oleh Allah..

kalau kita merasa sukses dengan usaha kita,
maka ketahuilah
diluar sana ada yang usahanya lebih gigih dari kita,
diluar sana ada yang modalnya lebih kuat dari kita
diluar sana ada yang marketing dan promosinya lebih jor-joran dari kita
diluar sana ada yang tim nya lebih solid dan lebih jago dari tim kita
diluar sana ada yang sistemnya lebih terstruktur daripada kita

namun kenyataannya sukses lebih memilih kita...
kenapa demikian?

sebenarnya hal tsb semata-mata lebih kepada kemurahan yang Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa mendapatkan kesuksesan dalam bisnis...
adapun strategi atupun langkah2 yang kita jalankan hanya lah sarana saja, tidak menentukan apapun..

lihat saja orang hamil, kehamilan tersebut bukanlah dari kemampuan kita, itu semata-mata kemurahan Allah yang diberikan kepada kita.
adapun langkah2 menuju kehamilan  baik pernikahan, hubungan suami istri, masa-masa subur, mengucapkan doa seblum berhubungan dll adalah hanyalah sarana saja, tidak menentukan kemudian langsung bisa hamil dan berhasil mendapatkan anak.

diluar sana ada orangtua yang belum dikaruniai anak walau langkah dan strategi nya disiapkan dengan sebaik mungkin, dengan fasilitas yang lebih baik, punya kekayaan berlebih sehingga bisa konsultasi ke dokter lah, berlibur honeymoon lah dll namun kenyataanya belum juga dikaruniai kehamilan ataupun anak

sebaliknya ada orangtua yang cuman ala kadarnya saja namun anaknya bisa sangat banyak, bahkan bisa jadi tiap tahun hamil terus

terus mendingan kita sante aja dong kl gt,
toh rizki udah takdir, udah ada jatahnya masing2

tentu tidak, coba aja ga usah nikah, trus mau dapet anak dari mana.
ga berhubungan suami istri, trus mau dapet anak dari mana...
bisa kok tinggal ngangkat anak, ya anak angkat nasabnya beda, dan itupun sudah suatu action, bukan nyante2
bisa kok bayi tabung, atau donor sperma dll ya sama aja tetep itu effort bukan nyante-nyante

kesimpulannya kesuksesan bisnis kita sejatinya semata-mata adalah kemurahan yang diberikan Allah untuk kita, bukan dari kerasnya upaya, gigihnya perjuangan kita membangun bisnis dll

namun perlu diingat bahwa banyaknya harta belum tentu tanda kebaikan/kemuliaan seseorang dan belum tentu tanda keberkahan. ingat anak2 yang hamil diluar nikah, itu mereka juga diberikan anak, ataupun suami istri yang sebelum berhubungan tidak membaca doa langsung grabak grubuk aja, mereka juga diberikan anak. semua sama-sama merasakan kemurahan rizki dari Allah.

rumah makan yang sama-sama bersih, enak, mahal, strategis ada yang diberi kesuksesan oleh Allah dan ada yang tidak
rumah makan yang sama-sama kurang bersih, rasanya standar, tempatnya mojok kedalam juga sama, ada yang diberi kesuksesan dan ada yang tidak.
orang nikah baik-baik, berhubungan suami istri dengan baik, sesuai syariah dan tidak melanggar yang tidak diperbolehkan, keadannya jg sama, ada yang kemudian diberi keturunan ada yang tidak.

tidak ada kemampuan dari kita sama sekali, tidak ada algoritmanya sama sekali yang kemudian bisa digunakan untuk pasti bisa mendapatkan kehamilan dari upaya kita tersebut.

jadi aneh kalau kemudian kita merasa suksesnya bisnis kita adalah semata-mata karena strategi dan langkah2 yang kita jalankan.

ingat keberkahan harta tidak dilihat dari banyaknya harta atau sedikitnya harta yang dimiliki
namun dilihat dari seberapa taat nya kita kepada Allah dengan harta yang dimiliki, entah sedikit entah banyak....

kalau miskin, tapi dengan kemiskinan tsb menjadikan dia lebih dekat kepada Allah, maka kemiskinannya tersebut adalah rizki yang barokah untuknya
kalau kaya, tapi dengan kekayaan tsb menjadikan dia lebih dekat kepada Allah, maka kekayannya tersebut adalah menjadi rizki yang barokah untuknya...

kalau harta kita bertambah, misalnya 5 tahun yang lalu kita hanya punya apa dan sekarang kita sudah punya apa, namun yang terjadi adalah kita rasanya males sekali kalau mau beribadah, males ke masjid, males sholat berjamaah, suka menunda-nunda sholat, diakhir-akhirkan, jarang ikut kajian menuntut ilmu agama, jarang baca quran, jarang sholat duha, sholat malam ditinggalkan bolong-bolong dll
terus pertanyaanya inikah yang namanya rizki yang barokah, inikah yang namanya sukses berbisnis?

semoga kita semua bisa mendapatkan rizki yang barokah, entah sedikit ataupun banyak asal barokah, yakni yang mendekatkan kita kepada Allah.

Monday, June 15, 2015

kehidupan setelah resign

setelah menjalani kehidupan sebagai amfibi untuk beberapa lama, ya sebenernya kerjaan udah enak sesuai passion sampai akhirnya momen itu tiba. sebuah momen dimana membuat saya memutuskan untuk resign dari bekerja untuk full usaha. kondisinya gaji saya waktu itu 5jt-an kemudian penghasilan dari usaha 20jt-an yang mana sebenarnya saya gak lagi gelisah seperti dulu, dimana dulu kl kerja penginnya pindah2 ke tempat yang bisa mendapatkan tawaran gaji yang lebih tinggi.

namun dengan usaha, niatan utk kerja jadi lebih tenang karena gak perlu khawatir dengan gaji berapapun karena sudah terpenuhi dari usaha, jadi bisa lebih fokus dan tenang dalam bekerja karena sifatnya hanya untuk menyalurkan passion saja.

namun ya waktu bergulir dimana mungkin memang suatu ketika bagi yang menjalani kehidupan sebagai amfibi akan menemui momen ini.

momen dmana kita akhirnya harus rela utk melepaskan pekerjaan kita untuk menuju kehidupan sepenuhnya di dunia usaha.

momen saya waktu itu adalah dimana saya mendapatkan project ratusan juta, nilai yang waktu itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya dibenak saya. nolnya banyak banget yang membuat dunia kerja saya goyah.

walaupun akhirnya momen ini malah membuat terpuruk, berdarah-darah. kehidupan setelah resign menjadi semakin mengerikan. kalau sebelum resign tenang, sekarang full pikiran gak tenang, gelisah sana sini. project yang ratusan juta tersebut banyak sekali masalahnya disana sini sampai akhirnya selesai dalam waktu setahunan lebih, menderita sekali dalam mendelivernya, banyak memakan korban yang kemudian membuat angka ratusan juta tersebut jadi tidak bernilai sama sekali karena dibagi waktu bulanannya jadi rugi. uang tabungan yang saya miliki sudah terkuras habis, kondisinya stress berat saya waktu itu, bahkan terlintas pikiran konyol bunuh diri, gila lah masalahnya seolah-olah tidak pernah selesai silih berganti yang saya tidak bisa memikirkan lagi musti apa lagi yang harus saya lakukan. temen2 lah yang menguatkan saya, support dan pertolongan mreka besar artinya bagi saya.

belum selesai sampai disitu, selesai pekerjaan dideliver pun, pembayaran turut bermasalah, molor sampai setahun berikutnya, total 2x lebaran dari awal mulai sampai pembayaran diterima sepenuhnya. sampai pemberi kerjaan ke saya malah sempat ngilang dari kantornya, kantornya kosong pindah ke tempat lain diluar jakarta yang kita tidak ada pemberitahuannya sama sekali, yang lagi2 kita juga musti berdarah darah ngejar penagihannya, kita uber pindah kemana kantornya.

suram lah melewati masa-masa tersebut, sudah sampai pada titik dimana saya sudah sampai menyerah pasrah. pagi siang malam terus menerus dalam kegelisahan. gila, kehidupan pasca resign dari yang sebelumnya tenang nyantai menjadi penuh gejolak dan permasalahan yang seolah tiada ada akhir penyelesainnya... kehidupan yang sebelumnya surplus, stabil diposisi atas menjadi menukik tajam, minus, terpuruk berhutang dimana-mana...

alhamdulillah akhirnya project tersebut bisa terselesaikan dengan baik, semua pihak puas dengan pekerjaannya kecuali kita yang babak belur habis-habisan penuh luka, tapi yang penting bisa lega agar saya bisa berganti menuju kehidupan sesudahnya...

momen yang membuat saya resign dari kehidupan amfibi menjadi full dunia usaha ini sangat tidak menyenangkan untuk dijalani. namun saya tidak menyesalinya, saya bersyukur momen yang buruk inilah yang membuat kehidupan saya kemudian menjadi lebih baik setelahnya. pelaut yang handal bukan yang berlayar di air yang tenang, namun yang berlayar di lautan ganas penuh ombak yang terus menghantam. penderitaan demi penderitaan yang harus saya alami dan rasakan menjadikan pembelajaran bagi saya sehingga bisa lebih terlatih dalam terjun didalamnya.

setiap orang butuh momen untuk berpidah kearah yang lebih baik
entah itu momen perpindahan dari lulus kuliah menuju ke dunia kerja
ataupun mungkin juga momen dari dunia kerja untuk memulai menuju ke dunia usaha
dan mungkin juga momen dari kehidupan amfibi menuju ke dunia usaha sepenuhnya...

momen itu, entah penuh derita ataupun menyenangkan dalam masa perpindahannya bertujuan untuk menggerakkan roda kehidupan kita.

momen pertama kali masuk kerja sangat ditunggu-tunggu, banyak yg memulai dengan kebahagiaan dihari pertama kerja

momen pertama kali terjun ke dunia usaha, mulai variatif, ada yg jalannya mulus, senang, bahagia dan ada juga yang terpuruk gagal dalam memulai usahanya. namun kalau usahanya gagal masih ada backupnya, masih ada kepastian yakni masih dapat pemasukan dari gaji bulanannya

momen pertama kali terjun sepenuhnya dunia usaha, semakin tidak jelas kepastiannya, musti banyak-banyak berdoa hehehe. yang pasti adalah bagi yang menyukai hal2 yang sifatnya menantang, maka hal ini semakin memacu adrenalinnya, semakin bersemangat dalam memulainya, semakin menjadikan hidup menjadi lebih hidup... kayak orang bungee jumping, menakutkan namun seru dan tidak sabar utk segera melompat...



siapapun itu, butuh momen, entah apapun bentuknya momen itu..


Sunday, June 14, 2015

Mengapa Resign, Milih Usaha (bag-2)

kali ini yang kedua adalah rumah.

sewaktu saya masih kerja kantoran, waktu itu gaji 5jt, saya berfikir gmana caranya beli rumah sedangkan harganya ratusan juta, katakanlah rumah pinggiran jakarta tipe sederhana aja 250jt-an. kalau nabung maka butuh waktu 5th kalau gajinya ditabung semua, tapi kalau dipake makan ngekos, transport dll maka bisa 10th baru bisa kebeli rumah. dan bisa jadi 10th kemudian ketika kekumpul 250jt, rumah yg seharga 250jt sudah menjadi 400jt.

atau katakanlah dengan gaji ccie maka bisa dapetlah 30jt sbulan di indonesia misalnya, maka gak mungkin juga kl dah ccie seleranya rumah sederhana yang 250jt-an, kemungkinan yang menengahlah diatas 800jt-an, bukan yang mewah eM eM an keatas, maka sama perlu waktu 3th-nan kalau uangnya smua ditabung, kalau dipakai keperluan sehari-hari ya perlu 6th-nan, dimana 6th kdepan bisa jadi dah tembus 1M-an keatas rumahnya, nabung lagi ya gak ketemu lagi...

maka solusi umum yang sering dipakai orang adalah menyerahkan diri dengan suka rela kepada jeratan syetan, yakni riba kredit kpr entah bank konvensional maupun riba bank syariah dalam waktu belasan tahun. banknya senang, ridhlo.... orang yang kpr riba juga senang dan ridhlo hanya saja Allah tidak ridhlo dengan perbuatan tersebut, istilahnya orang pacaran suka sama suka, namun dimurkai Allah.



cuman ya namanya juga manusia, saya jg banyak dosanya hehe....
kesimpulannya kalau saya cuman kerja kantoran, maka tinggal tunggu waktu aja kapan akan menjeratkan diri kepada syetan,

solusi yang pertama adalah dengan hidup mulia sebagai kontraktor, walau sering dicibir bahwasanya sayang uangnya yang buat ngontrak, bisa dipakai buat kredit kpr. dan ini alhamdulillah berhasil saya jalani selama beberapa tahun tanpa bergeming melawan godaan-godaan tawaran-tawaran perumahan2 yang sering buka stand dimana-mana khususnya di mal-mal

solusi yang kedua adalah dengan jalan lain, misalnya menjadi karyawan yang extra ordinary, yang punya prestasi super, karena prestasi biasa aja gak bisa, harus super. sehingga bisa sering dapet extra bonus yang bernilai wah. cuman sayangnya saya cuman karyawan biasa2 saja belum bisa yang seperti itu. maka jalur lain yang saya tempuh waktu itu adalah dengan memulai usaha.
kerja sembari usaha alias amfibi istilahnya...senin-jumat kerja, sabtu-minggu usaha

sampai akhirnya bener-bener resign dan sepenuhnya usaha

dan alhamdulillah kemudian jalan utk bisa membeli rumah menjadi terbuka, akhirnya melalui jalur usaha, bisa punya rumah tanpa perlu kredit kpr riba

kalau saja waktu itu saya mengambil gampangnya saja, langsung ngambil kredit kpr riba, maka bisa jadi saya baru bener2 bisa punya rumah riba yang lunas setelah belasan tahun kedepan.

dan saat menjalankan usaha, alhamdulillah juga ga tertarik sedikitpun untuk minjem uang ke bank. akan konyol lagi kalau kemudian untuk ngembangin usahanya pake acara minjem ke bank, bisa lolos dari mulut buaya masuk ke mulut harimau....

semua tinggal seberapa yakin kita dengan Allah, alhamdulillah berkat kemudahan Allah semata bisa selamat dijauhkan dari rumah riba diatas....

semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat membeli rumah dengan cara yang diridhloi Allah.

Saturday, June 13, 2015

Mengapa Resign, Milih Usaha (bag-1)

dua alasan utama yang kemudian mengubah hidup saya.....

1. rumah
2. edukasi

saya mulai dari yang kedua dulu, edukasi yakni mendidik anak...



dari sejak saya kecil, ibuk saya punya banyak usaha yang dijalankan silih berganti... jualan kacang rebus, jualan jajanan, jualan nasi, jualan bakso, salon, jualan lele, jualan rambutan, jualan durian dll yang mungkin ada beberapa lain yang saya tidak mengingatnya lagi...

dari kesemua bisnis tersebut tidak ada yang sukses, namun apakah kemudian gagal...
salah pola pikir jikalau tidak sukses maka berarti gagal
padahal gagal adalah langkah2 yang mau tidak mau harus ditempuh baru kemudian bisa sukses

gak mungkin orang belajar gambar langsung bagus, mau gak mau harus merasakan yg namanya gagal nggambar bagus, alias pasti melewati fase nggambar jelek. baru setelah terlatih menggambar, jam terbang belajar banyak, baru deh bisa menggambar bagus..

gak mungkin orang belajar programming langsung bikin aplikasi yang bagus, mau gak mau, suka gak suka harus merasakan yang namanya error, compile gak jalan dll. baru setelah terlatih ngoding, jam terbang ngoding tinggi, baru deh bisa bikin aplikasi yang bagus.

maka gak mungkin mau bisnis tapi maunya yang langsung sukses,
tanpa mau melewati fase gagal, tidak suka mengalami kegagalan berbisnis, takut kl rugi dll
konyol, pemikiran aneh, kbanyakan ngunyah mie instan

nah dengan kegigihan ibuk saya, jatuh bangun dalam menjalankan usaha, saya sebagai anak yang melihat dan terlibat didalamnya, ikut mbantuin ibuk mbungkusin kacang presto atau jajanan dalam plastik kecil2 kemudian dirapatkan/ditutup dgn lilin, kemudian ikut mbantu dateng ke warung2 buat nitip dijual dll secara tidak langsung belajar, action langsung, otodidak, merasakan langsung seperti apa sih jualan itu.....

dan hasilnya saya ketika memulai usaha ya tinggal mulai aja, langsung usaha aja... gak pake itung2 an bisnis plan lah, gak pake itung2 an untung rugi, gak mikir panjang, plenang plening mulu dll

demikian juga ke anak saya, saya gak perlu mikir kmana-mana ketika mulai usaha, mulai saja biar anak saya ngeliat bapaknya usaha, walaupun misalnya nantinya gagal, anak akan ngelihat dan belajar.
misal ibuk saya gagal, saya gagal, ya insya Allah anak saya akan sukses dengan usahanya.....

bulan lalu saya jualan celana sepatu dll yang untungnya paling duaribu tigaribu gak nyampe 10rb, orang2 pada ngatain, jualan kayak gak niat gitu, kalau untung sgitu ngapain jualan, cuman bikin capek aja, saya jualan jg cuman dirumah, hari pertama jualan sepatu dateng duhur, isya udah ludes, berikutnya jualan celana 200 pcs, dateng asar, subuh udah ludes, berikutnya ngambil celana lagi 150 pcs datang asar, sehabis isya udah ludes......

untungnya dbanding penghasilan saya dari yg lain jelas bagai bumi dan langit lah... cuman bukan itu tujuannya, saya ketika melihat anak saya menata barang dagangan, merapikan uang, melayani yang beli dan sampai suatu saat anak saya berkata "pah, besok jualan apa lagi pah" pah besok kita jualan ini ya pah, pah ayuk pah jualan dst nya ini kebahagiaan tersendiri bagi seorang bapak spt saya...

rosulullah juga waktu kecil sudah diajarkan berdagang bersama pamannya sampai ke negeri syam...

saya tidak tau akan menjadi apakah nantinya anak saya, kalau cita2 nya sih pengin jadi guru seperti bapaknya dan ibunya dan embahnya hehehe tapi kemudian karena temen2 sekolahnya cita2nya pada pengin jadi dokter, kemudian dia bilang ke saya pah aku cita2 nya mau jadi guru sama dokter ya pah karena temen2 pada mau jadi dokter hehe... ya semoga nanti kalau jadi guru bisa seperti embahnya alias ibuk saya, yang dari sekian banyak usaha yg gagal dijalankan akhirnya yang berhasil adalah di bisnis properti, punya banyak ruko2 yang disewakan, yang gak perlu diapa2 in aja penghasilannya udah jauh melebihi gajinya sebagai seorang guru, dan juga seperti bapaknya yang juga seorang guru hehe...